Biografi Said Nursi


Biografi Said Nursi
a. Awal Kehidupan Said Nursi (876-1926 M)
Beidiuzzaman Said Nursi dilahirkan menjelang fajar musim semidi Nurs,sebuah desa kecil di Bitlis wilayah Turki Timur pada 1293 H/1876 M.
Ayah Said Nursi bernama Mirza, seorang sufi yang sangat wara dan diteladani sebagai seorang yang tiak pernah memakan barang haram dan hanya memberi makan anak-anaknya hanya dengan yang halal saja. Dikisahkan, bahwa setiap ternaknya kembali dari pengembalaan, mulut-mulut ternak dibuka lebar-lebar khawatir ada makanan dari tanaman kebun milik orang yang dimakan. Ibunya Nuriah pernah berkata, bahwa dirinya hanya menyusui anak-anaknya dalam keadaan suci dan berwudhu.
Said Nursi mulai menimba ilmu dari bilik ayahnya sendiri, Mirza dan pada saudara laki-lakinya, Abdullah. Sebagaimana lazimnya pelajar muslim, ia mulai mengkaji bidang nahwu dan sarf. Pada tahun1888, dengan ketekunan luar biasa Said Nursi masuk kesekolah Bayazzid, yang ditempuhnya hanya dalam waktu tiga bulan. Selama itu, ia berhasil membaca seluruh buku yang pada umumnya dipelajari di sekolah-sekolah agama hingga tepat tiga bulan ia memperoleh ijzah dari Syekh Muhammad Jalali.
Dalam waktu relatif singkat sekali Said Nursi mampu menguasai matematika, ilmu falak, kimia, fisika, geologi, filsafat, sejarah, geografi, dan lain-lain. Berkat potensinya yang mampu menyerap berbagai disiplin ilmu dan otaknya yang sangat jenius, popularitas Said Nursi segera tersebar luas dan digelari Badiuzzaman (bintang Zaman).
Dalam waktu yang sama Said Nursi mendengar berita tentang mentri urusan koloni Inggris, Gladston, di depan anggota parlemen dengan menggenggam alquran telah berkata: Selama alquran ini berada ditrangan kaum muslimin, kitapun tidak akan pernah mampu menguasai mereka. Dengan demikian bagi kita tidak akan ada jalan lain kecuali melenyapkannya atau memutuskan hubungan kaum muslimin dengannya.
Berita ini telah membuat Said Nursi berguncang dan bertekad untuk mengabdikan seluruh hidupnya agar mukjizat alquran berkibar dan kaum muslimin terikat dengannya. Ketika itu ia berkata: aku sungguh akan menunjukkan kepada dunia bahwa al-quran adalah matahari maknawi (hakiki) yang tidak akan redup sinarnya dan tidak akan mungkin padam cahayanya. Tetapi saat itu Said Nursi belum mampu untuk fokus dan mewujudkan cita-citanya.
Pada tahun 1907 M, Said Nursi mengunjungi ibukota Istanbul. Di ibukota Istanbul ia menyampaikan usulan kepada Sultan Abdul Hamid agar di Timur Anatoli didirikan sekolah-sekolah yang mempelajari Matematika, Fisika, Kimia, dan sebagainya, disamping sekola-sekolah Agama. Said Nursi mengusulkan penggabungan studi ilmu agama dan ilmu pengetahuan modern agar terjadi keselarasan wawasan. Said Nursi menyuarakan penggabungan kedua ilmu tersebut dengan frase yang singkat padat namun cukup indah:
the religios sciences are the light of the concience and the modernscience are the light of the reason: the truth becomes manifest through of the combining of the two. The studens endeavour will take flight on these two wings. When they are seperated it gives rise bigotryin the on, and wiles and scepticism in the other (Pengetahuan agama merupakan cahaya bagi hati nurani dan pengetahuan modern adalah penerang bagi akal: kebenaran akan termanifestasi melalui kombinasi antara keduanya. Ketekunan para pelajar akan mengantarkan mereka mampu terbang tinggi dengan kedua sayapnya. Namun ketika keduanya dipisahkan, akan menimbulkan kefanatikan di satu sisi, dan ketertipuan serta sikap skeptis di sisi lain).
Namun usulan brilian tersebut ditolak karna orang dekat-dekat Sultan justru memfitnahnya.
Pada musim dingin tahun 1911 M, Said Nursi mengadakan kunjungan ke negri syam, yang kebetulan saudara perempuannya tinggal disana. Selama disana ia berkesempatan untuk menyampaikan khitbah dengan bahasa Arab di Masjid Rya Umawi Damaskus. Khutbah tersebut terkenal dengan sebutan al-Khuthbah al-Shamiyah atau the Damaskus Sermon, yang mengisi ernam penyakit yang melanda umat Islam dan pengobatannya, yakni:
1. Putus asa yang pengobatannya berupa harapan.
2. Ketidakjujuran dengan pengobatannya kejujuran.
3. Permusuhan diobati dengan saling mencintai.
4. Perpecahan harus diselesaikan dengan perselesaiyan.
5. Kelaliman penguasa asing yang melemehkan umat Islam yang mesti diterapi dengan membangkitkan harsa diri umat Islam
6. Sikap individulastik yang harus dipecahkan dengan musyawarah dan saling kerjasama.
Ketika pecah perang dunia I pada tahun 1914 M. Dengan Rusia, Said Nursi yang pada saat itu mulai mempunyai banyak murid, bersama para muridnya dengan segala daya yang dimiliki turut serta menghadapi pasukan tentara Rusia. Dalam masa perang ini ia berhasil menyusun tafsirnya yang sangat berharga, Isharat al-ijaz fi mazhan al-Ijaz, dalam bahasa Arab. Dalam pertempuran tersebut Said Nursi tertangkap oleh pasukan tentara Rusia dan ditawan di Qustarma selama dua tahun empat bulan.
Ketika masa-masa tawanan Rusia inilah keinginan Said Nursi untuk uzlah, mengasingkan diri dari kehidupan sosial mulai muncul. Berawal dari perasaan terasing, sendiran, lemah, dan tidak berdaya saat berada di Masjid kecil milik bangsa Tatar dekat sungai Volga, ia memutuskan untuk beruzlah. Namun tekat itu belum terlaksa secara utuh, sebab orang-orang yang dicintainya di Istambul, kehidupan sosial yang menyenangkan dan gemerlap, serta penghargaan dan penghormatan yang yang diberikan orang-orang sempat memuatnya lupa terhadap niat yang telah diputuskan sebelumnya.
Kendati demikian, Said Nursi sudah mengambil jarak terhadap kehidupam sosialhal ini terbukti dengan penolakannya untuk diangkat menjadi anggota Dar al-hikmah al Islamiah yang berdiri dari orang-orang terkenal dan para ulamak terkemuka, seperti Muhammad Akif (penyair kondang), Ismail Hakki (seorang ulama kenamaam), Hamdi Almalali (Mufassir terkenal), Mustofa Sabri (Syaikhul islam) Saduddin Pasya, dan lain-lain. Said Nursi tidak pernah mengikuti pertemuan yang diselenggarakan berulangkali oleh Dar al-hikmah dan mengajukan surat permohonan agar dirinya tidak usah dipilih sebagai aggota.
Seiring perjalanan waktu, dua tahun kemudian Said Nursi membaca kitab futu~uh al-Ghaib karya Abdul Qadir al-Jilani. Saat itu juga ia menjadi sadar bahwa dirinya mempunyai penyakit- penyakit ruhani yang sangat parah padahal ia diharapkan bisa menyembuhkan penyakit-penyakit ruhani umat Islam. Ia mengakui bahwa kitab futuhul al-Ghaib bagaikan menjalani operasi besar. Awalnya ia tidak tahan dan hanya membaca separuh kitab tersebut. Namun beberapa saat kemudian, rasa sakit akibat operasi ruhaniah itu berganti dengan kesenangan karna ia merasakan kesembuhan.
Lalu Said Nursi meneruskan mermbaca kitab tersebut sampai selesai dan mendapatkan manfaat yang sangat besar darinya. Ia begitu menghormati dan selalu mendoakan al-Jilani setiap hari, sehingga mendapatkan lebih banyak lagi pencerahan dan kepuasan ruhani. Selanjutnya ia juga membaca kitab Maktubatm karya Imam Rbbani yang menjadikan dirinya semakin mantab untuk ber uzlah. Terlebih lagi, saat Daulat Turki Usmani secara beruntun dilanda beragam musibah hingga Inggris berhasil menduduki Istambul (pada 16 Maret 1920 M.) yang yang semaklin leluasa menerapkan doktrin-doktrin dunia barat yang bercorak materialistik.
Said Nursi merasa tikaman demi tikaman yang dihujatkan pada dunia Islam seolah diarahkan ke lubuk hatinya, dalam kondisi demikian, tekat Said Nursi beruzlah untuk menyusun karyanya Risalah al-Nur, tidak bisa diganggu gugat lagi.Ia menetapkan diri untuk beruzlah kesalah satu daerah Turki, yaitu Shari Yar, Bosfur. Bahkan ketika tahun 1922 M. Mustafa Kemal menawari dirinya sebagai penasihat umum seluruh wilayah timur Turki dengan memberinya sebuah Vila besar dan gaji yang menggiurkan agar ia menjadi salah satu orang dekatnya, Said Nursi menolak tawaran itu.
Dalam uzlahnya ini, Said Nursi yang hanya berdialog dengan al-Quran semata tanpa merujuk kepada kitab apapun, lebih terfokus dalam menuangkan ide-idenya secara inspiratif dalam usahanya membendung faham materialismeyang sudah menjangkit sebagian besar masyarakat Turki. Selama masa-masa ini juga, berbagai buku-buku karangannya mulai diterbitkan, seperti Isharat al-Ijaz, Qazil Ijaz fi al-Mantiq, as-Sanuhat, serta makalah-makalahnya, seperti Rumuz, Isharat, tuluat, Lamaat, Shafaat, Min Marifah al-Nabi SAW…, dan Nughat min marifat Allah Jalla Jalaluh.
b. Said Nursi Keluar dari Peran Sosial-politik untuk Perjuangan dan Sosialisasi pemikirannya (1926-1950 M)
Episode kedua kehidupan Said Nursi ini, yang disebut juga oleh Said Nursi sendiri sebagai Said al-Jadid (Said Baru), Said Nursi secara utuh melepaskan dirinya dari dunia perpolitikan dengan sebuah ungkapan terkenal yang ia lontarkan: Audhu bi Allah Min al-Shaitan wa min al-Siyasah ( aku berlindung kepada Allah dari setan dan dari politik).
Kendati demikian, era kehidupan Said Nursi yang baru inipun tidak sepi dari teror penguasa. Dengan tuduhan terlibat dalam revolusi terhadap pemerintahan Mustafa Kemal, Said Nursi ditangkap dan dibuang ke Barla, sebuah desa berbukit di barat daya Turki pada tahun 1926 M. Di sana ia menjalani kehidupan yang sulit dan terpisah hampir dari setiap orang. Tetepi ia berhasil mendapatkan hiburan, pelipur sejati, dengan mendekatkan diri kepada yang maha besar dan lewat penyerahan diri seutuhnya kepada-nya. Bagian-bagian pokok dari Risalah al-Nur, The words (kumpulan kat-kata) dan The letters (kumpulan surat), ditulisnya di Barla kala ia dalam kondisi sulit.
Di desa Barla ini Said Nursi berkenalan dengan seorang warga desanya yang bernama Sulaiman yang akhirnya menjadi murid setia yang mengabdi kepadanya selama delapan tahun. Inilah awal hubungan antara Said Nursi dengan para penduduk Barla. Sejak saat itu satu persatu orang-orang berdatangn untuk berguru padanya dan Said Nursi mulai menyebarkan Risalahal-Nur secara sembunyi-sembunyi. Sementara itu, para muridnya pun aktif mempelajari Risalah al- Nur dan menyalin serta menyebarluaskannya ke seluruh penjuru Turki. Demi misi ini, mereka dengan hati yang mantap rela ditangkap, diasingkan, bahkan sampai disiksa.
Salinan karya-karya Risalah al-Nur saat itu masih ditulis dengan tangan dan mulai menyebar se antero Turki. Inilah awal mula pergerakan Risalah al-Nur. Ternyata metode perjuangan Islam ini mengundang reaksi dan kebencian pemerintah. Dengan tuduhan membangun rahasia dan melawan pemerintah, Said nursi dituntut hukuman mati dan seratus duapuluh santrinya diadili di pengadilan Pidana Eskisehir pada tahun 1935. Meskipun sepanjang hidupnya ia selalu menantang segala pemberotakan dan gerakan yang dimaksud memecah ketentraman dan keteraturan masyarakat,dan selalu menandaskan bahwa hak-hak setiap orang tidak boleh dilanggar meskipun demi kepentingan seluruh masyarakat dia dituduh membangun organisasi-organisasi rahasia yang bertujuan menghancurkan ketentraman masyarakat.
Dakwaan yang dialamatkan kepada Said Nursi dan murid-muridnya detailnya antara lain:
- Tuduhan membentuk organisasi bawah tanah.
- Tuduhan upaya melakukan revolusi kepada Mustafa Kemal.
- Tuduhan membentuk tariqat sufi.
- Tuduhan menghidupkan semangat keagamaan melalui penyebaran Risalah al-Hijab.
Ketika dalam persidangan Eskisehir Said Nursi ditanya pendapatnya tentang negara Republik Turki, ia menjawab: Biografi saya yang kalian pegang itu bahwa saya ini warga negara republik yang religius bahkan sebelum kalian lahir ke dunia. Said Nursi ditahan selama sebelas bulan dipenjara sampai akhirnya diputus tidak bersalah. Menariknya, justru kebanyakan karya Said Nursi Rislah al-Nur sebagian besar ditulis pada masa-masa ia berada didalam penjara.
Dalam tahanan tahun 1935 Said Nursi juga menulis risalah-risalah al-Iqtisad, al-Ikhlas, al-Hijab, al-Isharat al-Thalatah al-Murda, Ah-Shuyukh, serta risalah kedua puluh delapan, kedua puluh sembilan, dan ketiga puluh yang terkompilasi dalam kitab al-lamaat. Setelah dibebaskan dari pengadilan Eskisehir, ia di asingkan kembali ke kota Kastamonu. Tiga bulan pertama ia ditahan di kantor polisi. Kemudian dipindahkan kerumah kayu berukuran kecil dan berlantai tanah yang berada di depan kantor polisi tersebut selama tujuh tahun.
Selama dalam tahanan Kastamonu, Said Nursi banyak menulis Risaalhnya yang terkodifikasi dlam The Roys. Tercatat ia menulis sinar pertama dan kedua sampai selesai, dan dilanjutkan sinar ketiga sampai kesembilan dan didalamnya menjelaskan tanda tertinggi. Sebagian besar Risalah yang tertuang dalam Lamaat ditampungkan pula selama dalam masa tawanan tersebut.
Selama masa ini, baik Said Nursi maupun murid-muridnya terus menerus mendapatkan tekanan dari penguasa, tekanan tersebut kian lama kian meningkat,dan berpuncak dengan penangkapan besar-besaran hingga pengadilan dan pemenjaraan di Denizili pada tahun 1943-1944. Said Nursi dikurung selama sembilan bulan dalam sebuah sel yang kecil sekali, gelap, dan pengap dengan kondisi yang sangat menyedihkan. Dalam penjara ini Said Nursi hanya bisa menyebarkab Risalahnya secara sembunyi-sembunyi melalui selah kecil dari jendela kepada para murid-muridnya karna ia dilarang untuk berhubungan secara terbuka.
Dalam pengadilan di Denizili, Said Nursi dituduh membentuk Tariqah sufi dan mengorganisir mesyarakat politis, dalam persidangan dipengadilan denizili,Said Nursi mengajukan pembelaan argumentatif yang tak terbantahkan.
Memang betul, kami merupakan sebuah organisasi tetapi berupa organisasi sepanjang masa yang beranggotakan empat ratus juta orang. Kami adalah anggota dari organisasi yang setiap hari selalu mengikrarkan keanggotaan kami didalamnya dan sangat terikat dengan prinsip-prinsip dasar organisasi, juga selalu berlomba untuk merealisasikan syiar organisasi ini, yaitu: sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalahanggota suci yang agung dan kami merupakan anggota-anggotanya yang memikul tugas agar diantara sesama anggota mengenal hakikat al-Quran secara ilmiah dan murni, sebagai bentuk pengabdian dari kami untuk kami dalam upaya membebaskan sesama kami dari penjara abadi(neraka jahannam) yang diperingatkan kepada kami.
Setelah dibebaskan, Said Nursi dibebaskan Emirdag, sebuah daerah di wilayah profinsi Afyon. Pada tahun 1948 sebuah perkara baru dibuka di pengadilan pidana Afyon. Pengadilan menvonis Said Nursi beserta murid-muridnya dinyatakan tidak bersalah dan dibenaskan pada bulan september 1949. Pada tahun yang sama, Risalah al-Nur tersebar dari pelosok desa sampai pusat kota Turki setelah pengadilan diberbagai daerah mengizinkannya untuk diterbitkan dengan tidak lagi secara manual.
Pada saat pengadialan sedang mengadakan sidang-sidangnya, pemerintah di Angkara berganti penguasa pada tahun 1950. Partai Demokrasi berhasil mengambil alih dari Partai Republik yang telah berkuasa selama seperampat abad dan terkenal sangat memusuhi Islam melalui pemilu yang berlangsung secara bebas. Ketika Partai Demokrasi naik ke panggung kekuasaan, kelurlah surat pengampunan umum dan kasus yang menyangkut Badiuzzaman bersama Risalah al-Nur juga dianggap tidak pernah terjadi.
Pendahuluan
Catatan ini merupakan biografi singkat tentang Badi`uzzaman Said Nursi yang diringkas dari buku yang berjudul “Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi, Transformasi Dinasti Usmani menjadi Republik Turki” yang merupakan terjemahan dari bahasa Turki karya Şükran Vahide (Syukran Wahid).
Buku tersebut merupakan salah satu rujukan utama yang membahas secara menyeluruh kehidupan Said Nursi sejak kelahiran hingga kematiannya, perjalanan menuntut ilmu, pergerakan politik dan inti-inti dari pemikirannya.

Pembahasan
Menyelami kehidupan Said Nursi tidak akan terlepas dari konteks keadaan negara saat ia tinggal. Hal itu karena buah pikiran Said Nursi adalah merupakan sebuah antitesa terhadap kenyataan yang terjadi pada saat itu, pertemuan antara kaum muslim dengan peradaban barat, masuknya westrenisasi dan terkikisnya budaya keislaman, hingga masa akhir kejayaan dinasti Utsmani dan perubahannya menjadi Republik.
Secara garis besar terdapat tiga fase dalam kehidupan Said Nursi: fase Said lama yang dimulai sejak kelahirannya, proses pencarian ilmu, pergerakannya di bidang politik pra perang dunia pertama hingga kekalahan Utsmani dalam perang dunia pertama dan penangkapan oleh tentara Rusia kepadanya.
Fase kedua dimulai dari kembalinya ia ke Istambul setelah berada dalam tawanan Rusia, runtuhnya kesultanan dan kekhalifahan, terbentuknya negara Turki sekuler, hingga kekalahan Cumhuriyet Halk Partisi (Partai Rakyat Republik) pada tahun 1950.
Fase ketiga dimulai sejak kemenangan Partai Demokrat pada pemilu parlemen 1950 hingga kematian Said Nursi pada tahun 1960.
  1. Said Lama
    1. Masa pencarian Ilmu
Said Nursi (selanjutnya ditulis dengan Nursi) dilahirkan pada tahun 1877, di sebuah desa terpencil di daerah Nurs, Provinsi Bitlis Anatolia Timur, terdapat di lereng rangkaian pegunungan Taurus dekat Danau Van. Ayahnya bernama Mirza dan ibunya bernama Nuriye. Nursi berasal dari suku Kurdi yang menyebar di daerah timur daerah Kesultanan Utsmani hingga ke Suriah, Iraq dan Iran saat ini.
Di desa itu Nursi dibesarkan, dengan kehidupan berladang kedua orang tuanya mencukupi kehidupan anak-anaknya. Di kawasan yang melekat di dalamnya ajaran sufi tarekat Naqsyabandi yang membimbing Nursi pada awal masa kehidupannya.
Pada umur sembilan tahun ia mulai proses pencarian ilmunya, diawali dengan belajar al-Quran. Masa kecil Nursi dihabiskan dengan berpindah dari satu sekolah ke sekolah lain, satu guru ke guru lainnya. Hal itu lebih dikarenakan kenakalannya pada masa itu sehingga hampir di setiap sekolah ia berkelahi dengan salah seorang muridnya hingga kemudian ia dikeluarkan.
Kakaknya adalah orang yang terpelajar, seorang murid yang cemerlang. Darinya lah Nursi mendapatkan semangat untuk mencari ilmu, setelah melihat bahwa kakaknya memiliki kedudukan tersendiri di hadapan kawan-kawannya yang tidak sekolah. Karena lelah selalu berpindah tempat belajar, akhirnya Nursi belajar kepada kakaknya yang pulang seminggu sekali ke rumah. Setelah satu tahun belajar kepada kakaknya, Nursi pun memulai pengembaraannya untuk mencari ilmu.
Nursi adalah seorang anak yang cerdas, ia dengan mudah menghafalkan dan memahami buku yang ia baca. Ia pun sering merasakan ketidakpuasan karena guru yang mengajarinya tidak lagi mengajari hal yang ia belum ketahui sehingga ia memutuskan untuk berpindah mencari guru lain. Ia juga rajin membaca, bahkan dari membaca inilah ia lebih banyak mendapatkan ilmu ketimbang dari gurunya.
Sekolah yang paling mempengaruhinya adalah madrasah Beyazid di kota Bitlis, yang dipimpin oleh Syekh Muhammad Celali. Saat itu umurnya telah mencapai 14 tahun dan ia hanya belajar di sana selama tiga bulan. Namun masa tiga bulan di sana ia telah mampu belajar dan menguasai berbagai macam buku. Ia mampu untuk menghabiskan buku setebal lebih dari 200 halaman dalam waktu 24 jam. Menurut pengakuannya kepada kakaknya, ia telah menghabiskan 80 buku selama ia berada di sekolah itu. Iapun mampu menguasai kitab Jam`ul Jawami, Syarh al-Mawaqif, dan buku fikih karya Ibnu Hajar al-Haitsami. Dan ia mendapatkan ijazah diplomanya dari sekolah itu.
Ia pernah mimpi bertemu Rasulullah Shallallahu `alaihi wa Sallam, saat itu Rasulullah berpesan kepadanya, “Pengetahuan tentang al-Quran akan diberikan kepadamu, asalkan kamu tidak mempertanyakan tentang kaumku yang manapun.” Sejak saat itu ia tidak lagi mempedulikan ataupun bertanya kepada orang lain, ia hanya fokus terhadap apa yang ia hadapi.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Beyazid, ia bermaksud ingin pergi ke kota Baghdad. Namun akhirnya ia mengurungkan niatnya setelah melalui beberapa kota dan berhasil melakukan debat ilmiah dengan para ulama di kota yang ia singgahi. Reputasinya semakin meningkat. Ia mengunjungi kota Siirt dan mengalahkan para ulama di kota itu, ia kemudian pulang ke kota Bitlis dan menjadi semakin populer di sana.
Ketenarannya juga berdampak pada tingginya kesulitan yang ia hadapi. Beberapa orang yang ia kalahkan dalam debat ilmiah menyusun sebuah konspirasi untuk menjatuhkannya di hadapan umum. Akhirnya ia pergi ke kota Tillo dan menyendiri mengasingkan diri di sebuah bangunan berkubah di sana. Di sana ia menghafalkan Qamus al-Muhith hingga huruf ke empat belas, abjad sin.
Tak lama ia pun berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bergaul dengan pemimpin dan para cendekia. Ia pernah bertemu dengan dua orang pendatang di kota Mardin, satu pendatang adalah merupakan pengikut dari Jamaluddin al-Afghani dan satunya adalah anggota Ordo Sanusi yang memainkan peran penting melawan penjajahan kolonial di Afrika Utara. Nursi banyak berdiskusi dengan mereka berdua.
Masa remaja ia habiskan dengan membaca buku dan berdialog. Pada umur 17 tahun, ia tinggal di rumah Gubernur Bitlis yang memiliki perpustakaan dan banyak koleksi buku. Ia menghabiskan waktu untuk membaca di sana. Dan pada umur 19 tahun ia tinggal di Rumah Gubernur Van, membaca di perpustakaan, bertemu dengan orang-orang penting dan para cendekia. Saat itu ia telah dikenal sebagai Badi`uzzaman, keajaiban zaman, karena kecerdasannya. Ia tetap di Van hingga pergi ke Istambul pada tahun 1907 saat berumur 30 tahun.
  1. Istambul
Pada 1907 (30 th) ia pergi ke Istambul, pusat pemerintahan saat itu demi mencari dukungan untuk pendirian sekolah Medresetuz Zehra, sekolah yang ia konsepkan dengan sistem perpaduan antara ilmu sains modern dan ilmu agama. Ia menilai bahwa kemunduran Islam saat itu adalah karena umat Islam alergi dengan kemajuan ilmu modern hingga akhirnya umat Islam terjauhkan dari kemajuan zaman. Maka, ia ingin mendirikan sebuah sekolah dengan sistem tersebut.
Saat itu, pemerintahan Kesultanan Utsmani telah menggunakan sistem parlementer yang diadopsi dari Eropa. Konstitusi pertama diproklamasikan pada tahun 1876, satu tahun sebelum Nursi Lahir. Dan pada 23 Juli 1908, konstitusi kedua diproklamasikan dan dikuasai oleh kelompok CUP, Committee of Union and Progress, yang didirikan sejak tahun 1907. Nursi pun terlibat dalam pergerakan di dalam CUP.
Pada bulan Mei 1908 ia mengirimkan sebuah petisi kepada Pemerintah tentang konsep revormasi pendidikan yang ia buat. Inti dari petisi tersebut adalah penyatuan tiga cabang utama sistem pendidikan: madrasah, sekolah sekuler dan lembaga sufi. Namun pemerintah menolak petisi itu hingga akhirnya ia dikirim ke rumah sakit jiwa karena dianggap gila. Setelah diketahui bahwa ia dikirim ke sana karena alasan politis, dokter di sana membebaskan Nursi. Namun ia akhirnya dikirim ke penjara karena alasan melawan pemerintah.
Dan setelah revormasi konstitusi pada 23 Juli 1908, ia pun dibebaskan dari penjara pada 26 Juli 1908 dan kemudian memberikan pidato kebebasannya. Sejak saat itu, Nursi aktif dalam politik untuk menyebarkan paham konsep konstitusi kepada masyarakat. Ia menanggap bahwa sistem parlemen adalah sistem yang disetujui oleh syariat berlandaskan atas ayat “wa syawirhum fi al-amr”. Ia banyak menulis di surat kabar dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya masyarakat Kurdi tentang hal ini.
Tujuan keterlibatan Nursi dalam penyebaran konstitusionalisme ini tidak lain untuk mendorong masyarakat agar membuat konstitusi yang sejalan dengan syariat Islam dan memasukkan Islam ke dalam parlemen.
Namun setelah melihat kenyataan di lapangan, ia mendapatkan kekecewaan setelah CUP yang menguasai parlemen semakin jauh dari nafas keislaman. Ia pun bergabung dengan Serikat Muhammad, sebuah perkumpulan yang mengatasnamakan Islam yang beranggotakan seluruh kaum muslim. Serikat itu dideklarasikan bersamaan dengan acara Maulid yang diadakan di Aya Sofia pada 31 Maret 1909.
Kekecewaan terhadap CUP memuncak. Pada akhir 1908 beberapa daerah terlepas dari kesultanan Utsmani dan CUP pun terkesan semena-mena dan menjauh dari Islam. Maka pecahlah pemberontakan 31 Maret 1909 yang dilancarkan oleh anggota Serikat Muhammad melawan pemerintahan CUP. Hal ini berakibat penangkapan terhadap banyak anggota aktif Serikat Muhammad, di antaranya adalah Nursi meski ia sendiri menolak aksi pemberontakan tersebut.
  1. Pra Perang Dunia I
Mei 1909 ia terbukti tidak bersalah di hadapan mahkamah militer. Ia pun meninggalkan Istambul untuk kemudian pergi ke kota Van di ujung timur Anatolia. Di sana ia mengajar di masjid Iskandar Pasya. Ia juga tetap mengajarkan kepada masyarakat tentang konstitusi dan kepentingannya terhadap kemajuan Islam. Di sana pun ia berkeliling ke daerah-daerah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di setiap daerah.
Pada musim gugur 1910 (34 th) Nursi pergi ke arah selatan menuju kota Damaskus. Konon ia hendak pergi ke Mesir untuk melihat model al-Azhar yang akan dijadikan kiblat untuk Universitas Medresetuz Zehra yang akan ia bangun, namun karena hampir seluruh ulama Damaskus adalah alumni al-Azhar maka ia mengurungkan niatnya untuk pergi ke Mesir. Di Damaskus ia sempat berkhutbah di masjid Umayah. Khutbahnya berisi semangat untuk kebangkitan Islam yang saat itu tengah terpuruk. Ia berada di Damaskus hingga awal tahun 1911.
Setelah dari Damaskus ia pun pergi ke Beirut kemudian menaiki perahu menuju Istambul. Sampainya di Istambul ia diminta untuk ikut rombongan Sultan Mehmet V (Reshad) mengunjungi daerah Rumelia di utara Istambul. Saat itulah, kedekatannya dengan Sultan Mehmet Reshad memudahkan Nursi mendapatkan janji pemerintah untuk membantu pembangunan Universitas Medresetuz Zehra.
Setelah kembali dari rombongan, Nursi pun kembali ke kota Van untuk membangun universitas yang telah ia perjuangkan. Dengan bantuan 1.000 lira dari 19.000 dana yang dijanjikan, Nursi mulai membangun pondasi pendirian bangunan universitas tersebut. Kelak karena situasi politik luar negeri dan keterlibatan Utsmani pada Perang Dunia I, pembangunan universitas itu pun tersendat dan tidak diselesaikan.
Saat ini ia mulai menulis tafsir Isyaratul I`jaz. Ia menilai bahwa sains telah membuka rahasia-rahasia alam yang sejatinya telah terdapat baik tersirat maupun tersurat di dalam al-Quran. Maka untuk mendekatkan al-Quran agar sesuai dengan zaman dan mudah difahami oleh masyarakat modern, diperlukan sebuah penafsiran yang baru dengan memasukkan konsep sains modern ke dalam tafsir agar senada dengan peradaban modern.
April 1914, terjadi pemberontakan suku-suku di timur terhadap pemerintahan Sultan Mehmet Reshad. Nursi diminta untuk ikut andil dalam pemberontakan ini, namun ia menolak.
  1. Perang Dunia I dan Penangkapan
Situasi politik luar negeri Utsmani memburuk sekitar tahun 1911-1913. Pendudukan Italia terhadap Libya (1911), Perang Balkan (1912-1913), dan krisis politik di Istambul menyebabkan CUP terlempar dari pemerintahan. Sultan Mehmet Reshad mengangkat Enwar Bey sebagai Menteri Perang yang kemudian mengadakan hubungan dengan Jerman.
Terjadi penandatanganan kesepakatan secara rahasia antara Pemerintah Jerman dengan Kesultanan Utsmani pada 2 Agustus 1914 yang diwakili oleh para pemimpin gerakan Turki Muda. Hal inilah yang kemudian menarik Utsmani untuk terlibat dalam Perang Dunia I bersama Jerman, Austria dan Hungaria melawan Inggris, Perancis dan Rusia. Nursi memimpin pasukan penjaga kawasan timur yang berhadapan dengan pasukan Rusia dan pemberontak dari Armenia.
Di dalam peperangan ini, Nursi berperan sebagai mufti yang memberikan semangat keagamaan kepada para prajurit sekaligus sebagai pemimpin pasukan yang mengatur strategi dalam melawan musuh. Ia pun sempat untuk meneruskan penulisan tafsirnya dalam keadaan berperang seperti ini.
Kekalahan demi kekalahan dialami oleh pasukan Utsmani di Timur. Pasukan Utsmani semakin terdesak dan beberapa daerah berhasil dikuasai oleh pasukan Rusia dan Armenia. Akhirnya Said Nursi bersama beberapa pasukan yang juga merupakan muridnya terkepung di sebuah kota hingga harus bersembunyi di bawah saluran air yang membeku. Dalam keadaan dingin dan kelaparan ini akhirnya mereka menyerah kepada pasukan Rusia dan ditawan.
Sejak saat itu, 3 Maret 1916 hingga Juni 1918, Nursi menjadi tawanan pasukan Rusia. Berpindah dari satu kota ke kota lain hingga berada di Kosturma, Rusia barat daya. Di sana, di sebuah masjid kecil yang biasa ia gunakan untuk beribadah selama pengasingan itu, ia merenungkan kehidupannya. Itulah titik balik kesadarannya yang kemudian melahirkan perubahan terhadap dirinya.
  1. Kebebasan dan Kembali ke Istambul
Musim gugur 1918 terjadi Revolusi Bolshevik di Rusia, keadaan Rusia yang kacau ini memberikan kesempatan bagi Nursi untuk melarikan diri. Tidak ada catatan lengkap tentang proses perjalanannya dari utara Rusia hingga ia sampai di Istambul pada Juni 1918.
Sesampainya di Istambul, ia disambut oleh banyak orang dan kedatangannya menjadi berita utama diberbagai surat kabar saat itu. Tak lama kemudian, pada 12 Agustus 1918 didirikanlah sebuah dewan agama Islam, Darul Hikmeti-l Islamiye yang di dalamnya Nursi diangkat sebagai wakil dari dinas ketentaraan. Meski sebenarnya dia tidak ingin lagi berkecimpung dalam politik praktis, namun keadaan saat itu memaksanya untuk terus terlibat.
Saat itu, Utsmani mengalami kekalahan dalam Perang Dunia I, 30 Oktober 1919 diadakan gencatan senjata antara Inggris dan Utsmani. Dan pada 13 November, Armada pasukan sekutu mendarat di kota Istambul. Sejak saat itu daerah-daerah kekuasaan Utsmani mulai dikuasai oleh pasukan sekutu. Perancis menguasai Turki bagian selatan, Yunani menguasai daerah Izmir, Inggris menguasai Istambul.
Sejak penandatanganan gencatan senjata antara Utsmani dengan Inggris, Kesultanan Utsmani tunduk di bawah perlindungan Inggris. Hal ini menyebabkan meningkatnya kekecewaan terhadap kesultanan. Beberapa daerah terlepas dan memerdekakan diri dari Kesultanan, salah satunya adalah Armenia. Suku-suku Kurdi pun ingin memerdekakan diri, namun Nursi menolak dan menghimbau agar tidak menumpahkan darah sesama muslim.
Berdirilah Majlis Agung Nasional Turki di Ankara pada 23 April 1920 yang pada keesokan harinya memilih Mustafa Kemal sebagai pemimpin majlis tersebut. Maka, terdapat dua kekuatan di wilayah tersebut: kekuatan Kesultanan yang tunduk kepada penjajahan Barat di Istambul dan kekuatan Majlis Agung Nasional Turki di Ankara yang menuntut agar Turki merdeka dari penguasaan pasukan sekutu.
Pemerintahan Istambul menganggap pemerintahan Ankara adalah pemberontak, Istambul pun memerintahkan kepada Dewan Agama Islam agar mengeluarkan fatwa bahwa tindakan pemberotakan itu adalah terlarang. Fatwa ini kemudian ditentang oleh rakyat Turki, akhirnya sejumlah ulama menandatangani semacam petisi untuk menolak keluarnya fatwa politis tersebut, dan di antaranya adalah Said Nursi yang saat itu masih berada di Dewan Agama Islam.
Pada 22 Agustus 1922 perang kemerdekaan melawan pasukan Inggris dimulai, digaungkan oleh pemerintahan Ankara dan kemudian mendapatkan kemenangan pada bulan September. Diadakan gencatan senjata antara Inggris dengan Gerakan Nasional Turki pada 11 Oktober 1922, menandai kemerdekaan mutlak Turki dari penguasaan asing.
Karena gencatan senjata itu dilakukan oleh Gerakan Nasional Turki, maka mereka yang memegang pemerintahan Turki. Saat itu, Kesultanan Turki Utsmani di Istambul masih berfungsi meski hanya sebatas nama dan simbol tanpa kekuasaan. Akhirnya, atas desakan Mustafa Kemal, pada 1 November 1922 Majlis Nasional mengeluarkan keputusan pembubaran Kesultanan Utsmani yang saat itu di bawah kepemimpinan Sultan Mehmet VI (Wahideddin).
Kesultanan Utsmani telah dibubarkan, namun kekhalifahan masih ada dan pemilihannya diserahkan kepada Majlis Nasional. Majlis memilih Abdul Majid sebagai Khalifah. Namun pada 3 Maret 1924, kekhalifahan dihapuskan oleh Majlis Nasional. Dan sejak saat itu tidak ada lagi gelar Khalifah bagi pemimpin kaum muslim.
Saat itu, Nursi mendukung gerakan nasional dan menaruh harapan besar masa depan Islam kepada mereka. Ia yang saat itu berada di Istambul pun mendapatkan beberapa kali undangan untuk datang ke Ankara untuk memberikan dukungan atas pemerintahan Ankara. Akhirnya, pada 9 November 1922 (45 th) Nursi datang ke Ankara dan memberikan sambutan di hadapan Majlis. Ia memberikan selamat kepada Gerakan Nasional atas keberhasilannya memperjuangkan kemerdekaan, dan mengingatkan agar tetap mengutamakan pembentukan konstitusi yang sesuai dengan syariah.
Tujuan Nursi terjun langsung dalam politik pada saat itu pun masih sama dengan tahun 1908, yaitu memperjuangkan masuknya syariah lewat parlemen. Namun usahanya itu ternyata mendapatkan pertentangan dari Mustafa Kemal, pimpinan majlis saat itu. Kebebasan yang mereka dapatkan ternyata menjadikan wajah-wajah perbedaan yang selama ini terbungkam semakin terungkap dan perbedaan di Majlis Nasional pun semakin terlihat.
Sempat terjadi tawar menawar antara Nursi dengan Mustafa Kemal, Nursi ditawari jabatan, gaji dan kekuasaan dengan fasilitas yang memadai namun ia menolaknya. Setelah melihat perlawanan yang ia dapatkan dari parlemen atas usahanya tersebut, ia pun pergi meninggalkan Ankara sekaligus meninggalkan kehidupan Said Lama menuju kota Van tempat Said Baru lahir kembali.
  1. Said Baru
Kehidupan Said baru ditandai dengan keberangkatannya dari kota Ankara ke kota Van, 17 April 1923. Dalam kehidupannya yang baru, Said Nursi meninggalkan segala macam kehidupan politik dan sosial yang selama ini ia ikuti. Ia pun menyendiri di sebuah gunung di Kota Van untuk mentadaburi al-Quran dan mulai menuliskan Risalah Nur sejak saat itu. Kehidupan Said Nursi sejak saat itu diwarnai dengan perjuangan menulis Risalah Nur, serta hukuman penjara, pengasingan dan penekanan oleh pemerintah Turki kepadanya dan para muridnya.
  1. Pemberontakan Syekh Said
Sepanjang tahun 1924, berbagai macam undang-undang disahkan menandai perjalanan Turki semakin mengarah kepada negara sekuler. Undang-undang tersebut semakin menghilangkan pengaruh dan struktur lembaga-lembaga Islam dari rakyat dan negara. Hal ini mengundang keresahan di kalangan masyarakat khususnya suku-suku Kurdi yang berada di Turki timur.
Keresahan ini mengundang kemarahan dari suku-suku di timur hingga akhirnya para kepala suku merencanakan untuk melakukan pemberontakan kepada pemerintah. Beberapa orang meminta dukungan dari Said Nursi untuk melakukan pemberontakan dan memerdekakan diri dari pemerintahan sekuler Turki, namun Nursi menolaknya. Ia melakukan segala cara untuk meyakinkan para kepala suku agar tidak melakukan pemberontakan dan menjaga nyawa para penduduk agar tidak terbuang karena ini.
Sebagian mendengarkan nasehatnya dan sebagian lain tidak. Maka pecahlah pemberontakan pada 13 Februari 1925 di bawah pimpinan Syekh Said, seorang pemimpin tarekat Naqsyabandiyah. Pemberontakan itu berhasil ditumpas dalam waktu dua bulan. Kelak, pemberontakan inilah yang kemudian dijadikan alasan oleh pemerintah untuk membuat undang-undang yang semakin menekan kaum muslim.
Banyak orang ditangkap karena pemberontakan ini, tak terkecuali Said Nursi dan banyak pemuka agama Anatolia Timur. Mereka pun kemudian diasingkan ke Anatolia Barat, sebagian mereka dibunuh dan dipenjara. Nursi pun diasingkan ke kota Burdur.
  1. Pengasingan dan Hukuman Penjara
Sejak saat itu, 25 Maret 1925, mulailah pengasingan terhadap Said Nursi. Ia awalnya diasingkan ke kota Burdur. Di sana ia menjalankan hukuman pengasingan dengan menulis dan mengajar. Banyak orang berdatangan untuk mendengarkan pengajaran dia. Hal itu membuat pemerintah memindahkan Nursi ke Isparta pada bulan Januari 1926 (49 th).
Setelah berada di Isparta selama 20 hari, Nursi pun kemudian diasingkan ke sebuah desa yang terpencil di Barla. Di sana ia menetap hingga tahun 1934 (57 th).
Said Nursi menghabiskan waktunya dalam kesendirian, hanya beberapa orang yang datang mengunjunginya dalam satu minggu. Waktu itu ia habiskan untuk menulis dan menyebarkan tulisannya. Tekanan pemerintah terhadapnya sangat ketat hingga tulisan-tulisannya disebarkan secara sembunyi-sembunyi dari satu tangan ke tangan lain, satu desa ke desa lain, setiap masyarakat yang telah membacanya kemudian menyalinnya dan menyebarkannya kembali secara sembunyi-sembunyi. Seperti inilah penyebaran Risalah Nur selama pengasingan dan tekanan pemerintah terhadapnya dan para muridnya.
Pada Juli 1934 Nursi dipindahkan kembali ke Isparta, di sini ia mengalami hidup yang lebih baik ketimbang sebelumnya. Di Isparta, Nursi menetap selama satu tahun hingga akhirnya ia ditangkap bersama para muridnya pada bulan April 1935.
Penyebaran Risalah Nur semakin meresahkan pemerintah, akhirnya penangkapan demi penangkapan terus terjadi kepada para muridnya. Penggeledahan dan penangkapan secara besar-besaran terjadi sejak April 1935 di seluruh penjuru Turki. Siapapun yang kedapatan menyimpan salinan Risalah Nur akan ditangkap dan dipenjarakan. Banyak yang tertangkap, banyak juga yang menyembunyikan salinan-salinan tersebut di tempat yang sekiranya tidak terjangkau.
Said Nursi dimasukkan ke penjara Eskisehir yang keadaannya dan perlakuan kepadanya sangat buruk. Namun ia tidak berhenti untuk menulis dan menyebarkan tulisannya meski berada dalam keadaan yang menyedihkan. Di penjara pun ia menjadi pemimpin agama yang memimpin keagamaan para tahanan, memberi mereka pengajaran agama dan mengimami salat.
Di dalam pengadilan ia pun dituntu dengan tuduhan yang bermacam-macam, dari menggunakan sentimen agama sebagai alat untuk meraih jabatan politis hingga tuduhan mendirikan sekte baru. akhirnya pada 19 Agustus 1935 ia dijatuhi hukuman satu tahun penjara dan pengasingan.
Pada Maret 1936 (59 th) ia dibebaskan dari penjara Eskisehir, dan diasingkan ke Kastamonu dan menetap di sana selama tujuh setengah tahun sampai September 1943 (66 th). Selama masa itu berbagai macam tekanan dan percobaan pembunuhan dilakukan kepadanya. Ia sering kali diracun oleh orang-orang suruhan namun masih bisa bertahan hidup. Ia pun terus menyelesaikan penulisan dan penyebaran Risalah Nur yang kembali menjadikannya ditangkap dan dipenjarakan pada September 1943.
September 1943 ia ditangkap dan dibawa ke Ankara, kemudian dipenjarakan di Denizili. Ia terus berada di penjara dan pengasingan hingga akhirnya ia keluar dari penjara Afyon pada September 1949.
  1. Upaya penghapusan Islam
Mustafa Kemal benar-benar membawa Turki menjadi negara yang anti terhadap agama. Sejak tahun 1924 usaha untuk menjauhkan Turki dari Agama Islam dimulai dengan mengeluarkan undang-undang yang mengatur segala hal.
Berikut beberapa undang-undang dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah Turki saat itu:
-          Maret 1924: Undang-undang penyatuan pendidikan yang menjadikan sistem pendidikan turki hanya satu di bawah pemerintah. Madrasah-madrasah yang mengajarkan agama Islam ditutup.
-          November 1925: Undang-undang pakaian. Lelaki dipaksa untuk mengenakan pakaian barat dengan topi barat, wanita dipaksa untuk melepas jilbab dan menggunakan pakaian barat. Pakaian adat yang berupa sorban, peci dilarang.
-          Januari 1926: Kalender Greogrian yang digunakan di Eropa diterapkan, menggantikan kalender Julian yang digunakan oleh Kesultanan Utsmani.
-          Sepanjang 1926: Undang-undang perdata Swiss diadopsi, undang-undang pidana Itali diadopsi.
-          1928: Pasal 2 Konstitusi 1924 yang menyatakan bahwa Islam adalah agama negara dicabut.
-          3 November 1928: Disahkan undang-undang aksara latin Turki, aksara Arab dilarang digunakan.
-          1931: Partai Rakyat Republik, partai yang dipimpin Mustafa Kemal bergabung dengan negara hingga memiliki kekuasaan penuh atas negara. Turki menjadi negara dengan partai tunggal dan semua oposisi dibungkam.
-          Akhir 1931: Setelah berhasil memonopoli kekuasaan, barulah pemerintah mulai menjalankan program pendidikan massal dalam prinsip paham Kemalisme.
-          Januari 1932: Bahasa Arab dilarang, Azan dirubah menjadi bahasa Turki yang mengundang kemarahan kaum muslim saat itu.
-          1935: Hari libur diganti menjadi hari ahad.
-          Penindasan ini terus berlangsung hingga tahun 1940.

  1. Said Baru
Kehidupan Said Baru dimulai dengan kebebasannya dari penjara Afyon pada September 1949, saat itu ia kembali ke kota Emirdag. Situasi politik saat itu telah berubah, Partai Demokrat dengan pimpinan Adnan Menderes menguasai pemerintahan. Saat itu pun Risalah Nur telah selesai ditulis, Nursi pun menghabiskan waktunya untuk memeriksa salinan-salinan Risalah Nur.
Saat ini Nursi memiliki kebebasan dan tidak lagi mengalami penindasan yang parah seperti saat sebelumnya. Nursi pun kembali menjalankan tugas politiknya sebagai ulama penasehat pemerintah.
Januari 1951 ia mendapatkan kunjungan dari Deputi Menteri Pendidikan Pakistan atas saran dari Menteri Pendidikan Turki saat itu. Dan pada tahun itu juga jaringan Risalah Nur di luar negeri mulai bermunculan. Ia ditawari untuk pergi ke Pakistan untuk mengajar dan menyebarkan pemikirannya di sana, namun ia menolak.
Pada Januari 1952 (75 th) ia pergi ke Istambul untuk menghadiri persidangan atas tuntutan terhadap salah satu tulisan Risalah Nur tentang Panduan Bagi Generasi Muda yang dicetak sebanyak 2.000 eksemplar di Istambul. Dan pada bulan Maret 1952 ia dinyatakan tidak bersalah. Namun tuntutan terhadap Risalah Nur tetap berlanjut, hingga akhirnya diadakan penelitian terhadap seluruh salinan Risalah Nur yang kemudian diputuskan pada sebuah sidang di bulan Juni 1956 bahwa Risalah Nur tidak berbahaya bagi perpolitikan negara dan murni hanya berisi tentang nafas-nafas keislaman.
Kehidupan setelah tahun 1952 diisi dengan berbagai kunjungan hampir ke seluruh penjuru Turki. Saat itu juga penyebaran Risalah Nur semakin meningkat dengan terbebasnya Risalah Nur dari tuntutan dan diterbitkannya edisi-edisi Risalah Nur menggunakan mesin cetak. Jaringan murid Risalah Nur pun semakin berkembang dan terus bekerja untuk penyebaran dan penerjemahan Risalah Nur. Namun meski begitu, musuh-musuh Nursi terus melakukan tuntutan dengan berbagai cara untuk menahan Nursi dan penyebaran Risalah Nur.
Semakin tua semakin memburuk pula kesehatannya, ia meninggal di kota Urfa pada Hari Rabu dini hari, 23 Maret 1960 yang bertepatan dengan 25 Ramadhan 1379.
Nursi pernah menceritakan firasatnya kepada salah seorang kenalannya, Fakirullah Mollazade. Saat Nursi masih muda ia pernah berkata kepada Fakirullah, “Sad Salo! Kamu akan hidup sampai berusia seratus tahun! Aku akan meninggal di Urfa, tetapi orang-orang akan menggali kuburku dan memindahku ke suatu tempat! Nemiro! Sad salo! Orang abadi yang hidup sampai seratus tahun!” Ternyata firasatnya benar, Fakirullah wafat dalam umur seratus tahun dan Nursi wafat di kota Urfa kemudian kuburannya dibongkar.
Dua bulan setelah Nursi wafat, terjadi kudeta militer terhadap pemerintahan Partai Demokrat. Kudeta ini dilakukan oleh kaum sekuler yang tidak suka dengan pemerintah saat itu.
Dan pada 12 Juli 1960, kuburannya dibongkar oleh militer dan dibawa ke suatu tempat yang hingga kini tidak diketahui.

Kesimpulan
Beberapa pemikiran Nursi dapat disimpulkan sebagai berikut:
-          Dalam pendidikan, ia menghendaki penggabungan antara ilmu literatur keislaman dengan ilmu sains modern. Ia mengajak kepada perubahan dan reformasi sistem pendidikan dengan menggabungkan antara madrasah klasik, sekolah umum dan lembaga sufi agar terjadi penggabungan tiga unsur tersebut dalam diri pelajar.
-          Ia menganjurkan modernisasi dalam segala bidang, namun tidak berarti dengan mengadopsi budaya barat secara acak.
-          Ia pun mencoba untuk menggabungkan ilmu sains modern ke dalam penafsiran al-Quran yang ia tulis dalam Isyaratul I`jaz.
-          Buah pikiran secara lengkap tertuang dalam kumpulan Risalah Nur yang telah tersebar dan diterjemahkan ke banyak bahasa dunia.
-          Tentang keimanan ia menilai bahwa keimanan yang hanya taklid sangat mudah dikalahkan oleh serangan aliran lain, maka dalam beberapa tulisannya ia menjelaskan tentang keimanan untuk meningkatkan keimanan masyarakat dari sekedar taklid menjadi sebuah keyakinan yang sejati.
-          Dalam politik, ia bertujuan ingin menerapkan syariah Islam ke dalam pemerintahan tanpa melihat siapa yang memimpin atau sistem apa yang digunakan. Saat Sultan Abdul Hamid berkuasa, saat itu mulai dikenal sistem parlemen dalam pemerintahan Islam. Maka Nursi mendukungnya dengan tujuan agar syariah masuk ke dalam parlemen.
-          Nursi menilai bahwa zaman sekarang adalah zaman masyarakat, zaman kelompok sosial, kepribadian kelompok akan lebih kuat ketimbang kepribadian pemimpin. Karena perubahan saat ini tidak bisa mengandalkan kepribadian pemimpin seperti saat awal masa keislaman, namun perubahan akan lebih efektif ketika kepribadian masyarakat mendominasi perubahan tersebut. Atas dasar inilah ia sangat mendukung sistem parlemen yang baru diterapkan saat itu.
-          Dalam perjalanannya ia membuktikan bahwa Islam bisa tumbuh dan berkembang meski tidak ada pemerintahan Islam. Islam yang toleran, radikal, namun tidak bertabrakan dengan sistem pemerintahan sekuler.
-          Ia menilai bahwa setiap mukmin memiliki kewajiban untuk menegakkan kalimatullah, dan cara yang terbaik untuk menegakkan kalimatullah adalah dengan kemandirian secara materi.
-          Musuh kaum muslim saat ini adalah kebodohan, kemiskinan dan pertikaian. Tiga musuh itu bisa diperangi dengan pendidikan, industri dan persatuan.
-          Mengajarkan Islam kepada masyarakat bukan dengan paksaan, namun dengan cara memberi keyakinan dengan menampilkan Islam sebagai sesuatu yang dicintai dan mulia, dengan menerjakan perintahNya yang indah dan menampakkan budi pekerti yang luhur.

Penutup
Demikian catatan singkat mengenai biografi Badi`uzzaman Said Nursi. Buah karya pikirannya telah mempengaruhi masyarakat Turki bahkan masyarakat dunia. Idenya dalam memberantasan kemiskinan, kebodohan dan pertikaian sesama muslim telah menginspirasi banyak tokoh pergerakan pada era modern ini.
Semoga kita dapat mengambil inspirasi dari kehidupannya dan kecintaannya kepada syariat dan semoga Allah memberikan pahala yang berlimpah dari amal jariah yang tak putus ini. Amin.
Semoga Bermanfaat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khas dan dalalahnya

biografi pendiri pondok pesantren nurul ummah kotagede YOGYAKARTA

kaidah amr dan nahi